Seorang anak dari desa
telajung, ingin menggapai cita citanya yaitu membahagiakan orang tuanya. Saat
ini dia mempunyai harta yang menggelimpah, rumah mewah dan kendaraan pribadi
yang tidak dimilik orang orang seusianya. Itulah hasil kerja keras dan keuletan
anak perempuan tersebut. Kebutuhan dia, keluarga serta orang orang
disekelilingnya sudah tercukupi. Ketika impian dia bisa tercapai, hembusan
nafas terakhkir pun keluar dari hidungnya. Karena jantungnya sudah tidak bisa
menyuplai oksigen. Dia akhirnya meninggal dunia hari jum’at subuh. Orang tuanya
tidak kuasa menahan tangis. Susah untuk diungkapkan betapa rasa cinta dan kasih
sayang orang tuanya, hingga dia berhasil menaikan derajat keluarga. Rasa lelah,
malu dan sesekali harus merasa sedih.
"TERangkat"
Awalnya dia terlahir
dari seorang ibu yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga sedangkan ayahnya
hanya buruh pabrik rokok. Dia tumbuh menjadi anak normal pada umumnya. Bangun
tidur, berangkat sekolah, pulang lalu kembali untuk tidur. Sampai suatu ketika
dia pulang ada sekumpulan temannya sedang duduk dan menghabskan waktu menunggu
jemputan pribadinya masing masing. Dia pun harus melewati sekumpulan anak.
Hancur harga dirinya dia dipermalukan. Dia diikat di pohon, rambutnya diacak
acak dan bajunya dicoret coret. Dia dilepaskan dan dbolehkan kembali ke
rumahnya. Nangis semalaman di habiskannya, tdak mau keluar kamar dan keesokan
harinya dia tdak ingin pergi ke sekolah. Wajar orang tuanya kerja semalaman jadi
kurang memerhatikan anak perempuannya. Orang tuanya tidak peduli sampa suatu
ketika anaknya tidak pernah terlihat berangkat sekolah selama 3 hari berturut
turut dan tak pernah keluar dari kamar. Ibunya curiga terhadap sikap anaknya
lalu meminta suaminya untuk mendobrak pintu. Terlihat anaknya sudah pucat dan tidak
berdaya. Dibawa ke rumah sakit, ternyata dia memiliki penyakit jantung
Setelah dirawat selama
berhari hari dia pun sembuh. Dia hanya bisa duduk dikursi roda karena
jantungnya terlalu lemah untuk melakukan aktivitas. “Tidak ada guru mendatangi
murid, tapi murid mendatangi guru”. Prinsip itu yang dimliki oleh orang yang
kurang mampu secara finansial. Oleh karena itu, dia bersusah payah untuk
bangkit. Orang tuanya memberi dukungan penuh dengan ketidakmampuan anaknya.
Ketika ditanya oleh ayahnya. Apakah dia ingin kembali sekolah. Dia menjawab
sangat ingin tapi fisiknya tidak mampu untuk dia berangkat sekolah. Andai dia
berjalan kaki baru melangkahkan 10 kaki dia pasti akan pingsan. Andaikan juga
dia menggunakan kursi roda, tidak akan bisa karena jalan desa itu bebatuan
kerikil. Akhirnya sang ayah memberikan solusi yaitu dengan menggendong anaknya
sampai sekolah setiap hari. Dia pun sangat setuju dengan solusi itu. Bukan
hanya mempermudah tapi melindungi anaknya dari sikap teman temanya yang lain.
Pagi itu dia kembali
berangkat ke sekolah dengan di gendong oleh ayahnya. Banyak penduduk desa yang
melihat ayah dan anak itu, dia pun harus menuju kota Grand Wisata tempat dimana
sekolah anaknya. Saat sudah sampai, ayahnya pun melanjutkan perjalanannya
menuju pabrik. Dia pun semakin rajn belajar dari hari ke hari. Guru guru
bingung dia tidak pernah beranjak dari tempat duduknya saat istirahat. Dia
hanya membaca buku milik temanya. Nilainya sangat tinggi tidak seperti biasanya.
Mungkin karena ketekunan dan keuletannya. Ayah selalu mengantar jemput dia
setiap hari. Sehngga tidak ada seorang pun yang dapat menggangunya. Ayahnya
bertubuh kekar dan berkulit sawo matang.walaupun anaknya tidak kekar tapi
jiwanya kekar. sehingga dia tercatat menjadi bintang kelas bahkan bintang sekolah
bahkan bintang pelajar se jawa barat. Karena itu dia pun bisa mencapai tingkat
nasional berkat keluarga. Sampai dia lulus sekolah SD, SMP tapi sayang dia
tidak melanjutkan ke tingkat SMA.
Walaupun
harus putus sekolah, dia mencoba bekerja. Mulanya hanya memproduksi minuman es
cincau. Daunya berada tepat di belakang rumahnya. Karena bahanya mudah didapat
dan gratis, jadi dia bisa mendapat keuntungan yang cukup besar. Bisnisnya pun
berkembang menjadi besar, dia menjual es cincau sampai ke kota. Dia akhirnya mendapat
perhatian dari gubernur Jawa Barat, dia diberi bantuan berupa uang untuk
melanjutkan sekolah. Tapi dia tidak mau, karena terlalu merepotkan orang
tuanya. Uang jajan sehari hari harus di keluarkan. Gubernur jawa barat
memberikan bantuan buku belajar, cerita dan novel untuk dia setiap seminggu
sekali sebanyak 3 buku. Sambil belajar dia pun fokus dengan bisnisnya saat ini.
Karena desanya sekarang menjadi kampung internet berkat ada anak berprestasi
jadi gubernur jawa barat terpanggil untu memasang jaringan internet. Awalnya
dia tidak bisa menggunakan internet, dan dia pun bisa. Akhirnya dia mempunyai
ide untuk jualan order ke seluruh Indonesia. Tapi dia tidak tahu cara untuk
mengemas minuman itu agar tidak tumpah dan tahan lama. Untung setiap minggu dia
selalu mendapat buku. Tepatnya minggu ke 25 dia mendapat buku yang membahas
tentang keunggulan kaleng. Dia pun mendapat ide bahwa akan memasukan minuman
cincaunya ke dalam kaleng. Akhirnya dia berhasil memasarkan sampai ke seluruh
Indonesia. Dan mempunyai ratusan karyawan
yang berasal dari desanya sendiri.
Sampai
dimana dia, mendapat tawaran dari perusahaan jepang untuk bekerja sama. Dia
mendapat pelatihan untuk pergi ke jepang tapi dia tidak mampu untuk kesana.
Fisik dan keuangan yang tidak mendukung. Dia tetap belajar dan focus dari
berbagai macam buku, akhirnya dengan kerja keras dibuat sebuah perusaahaan yan
bernama “CINCAU LA YAU”, memproduksi dan memasarkan berbagai macam rasa cincau
ke seluruh dunia. Kesuksesanya pun
sangat didukung oleh orang tuanya. Dia bisa membahagiakan orang tuanya. Dan dia
meminta orang tuanya untuk melanjutkan usaha. Karena umur dia sudah tidak lama
lagi. Dia berpesan kepada adiknya untuk rajin belajar, setelah adiknya sudah
dewasa. Adiknya yang akan mengepakkan sayap perusahaan. Namanya sangat harum,
jiwanya sakit tapi tidak terlihat, terkenang bukan hanya dia tapi keluarga yang
berhasil terangkat derajatnya. Rajin belajar itu sangat penting karena mampu
mengubah nasib seseorang.
buat lagi dong san
ReplyDeletebuat lagi dong san
ReplyDeleteIya bi iua
Delete